Begitu banyak orang dengan kepribadian berbeda, namun ada satu jenis kepribadian yang sering mengalami dilema yaitu : Si Perfeksionis.
Si perfeksionis selalu merasa ada yang kurang, entah dalam apa yang dia sedang lakukan atau dalam lingkungan sekitarnya. Tidak selalu idealis, seorang perfeksionis hanya terus mencari sesuatu yang mendekati “perfect”.
Dia mungkin tahu bahwa tidak ada yang “perfect”, tapi itu tidak menghilangkan dorongan dalam dirinya.
Suatu keunggulan dari si perfeksionis adalah dia selalu mencari cara untuk menjadi lebih baik. Dia senantiasa terus meng-upgrade dirinya, sistem kerjanya, perusahaannya, orang-orang bawahannya.
Kelemahannya adalah dia selalu fokus pada apa yang tidak ada. Dia seringkali tidak menyadari apa yang dia miliki, karena selalu berfokus pada apa yang dia tidak miliki.
Akibatnya, dia sering gagal bersyukur. Bukan berarti rakus atau serakah juga, hanya sering tidak melihat apa yang sudah ada dalam hidupnya dan nilai dari itu.
Apakah ini mirip dirimu ?
Si perfeksionis adalah orang yang amat sangat berguna dalam kehidupan. Merekalah yang mendorong segala hal untuk terus menjadi lebih baik, menerobos kemustahilan dan mencoba menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya.
Tapi dia perlu menemukan titik dimana dia bisa berdamai dengan dirinya. Bahwa tidak segala hal bisa menjadi se-sempurna yang dia inginkan, dan terpenting: Tuhan bukanlah seorang perfeksionis.
Tuhan tidak bekerja melalui kesempurnaan. Malah, dia bekerja lebih dashyat dalam ketidak-sempurnaan.
kita renungkan : “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” – 2 Korintus 12:9.
Karena Dia-lah kesempurnaan. Dia bersinar terang benderang ketika keadaan tidak sempurna. Yang manusia perlu lakukan adalah, mengundang Dia dalam segala situasi yang tidak sempurna dalam hidup kita dan membiarkan Dia bekerja mengubahkan situasi menjadi yang terbaik – menurut pandanganNya, bukan seperti pandangan kita.