Kita yang di dunia kerja kenal banget yang namanya “take credit” atau mengakui suatu pencapaian sebagai hasil kerjanya (atau setidaknya punya andil yang lumayan).
Sampai ada pepatah:
“Saat bisnis bagus, karyawan cari-cari klaim ke boss. Saat bisnis jelek, boss cari-cari salah ke karyawan.”
Susah kan kalau praktek seperti ini dilakukan oleh semua orang sekeliling kita? Sampai mana kita bisa mengikuti?
Kalau memang sebenarnya kita memiliki andil besar dalam sebuah pencapaian, tidak salah untuk menyatakan kontribusi kita. Tapi hal ini pun juga ada batasnya dan harus jaga hati, karena kita tahu bahwa sebetulnya Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Roma 8:28).
Bagaimana kalau mengklaim sesuatu yang sebetulnya bukan hasil kerja kita?
Atau mengklaim secara berlebihan, membesar-besarkan kontribusi kita melebihi kenyataannya?
Banyak orang di dunia yang punya prinsip “pokoknya asal klaim aja!”. Lihat situasi begini kita jadi takut kehilangan kesempatan, terlihat prestasinya tidak seperti mereka yang “rajin klaim”….
Tapi sebetulnya kita tidak perlu takut.
Karena “kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia” Ini ada tertulis di Pengkhotbah 9:11.
Susah ya untuk bisa tetap percaya strategi “asal klaim” bisa berhasil kalau Tuhan sudah bilang yang cepat belum tentu menang lomba, yang pintar belum tentu meraih kekayaan ?
Maka mari kita waspada untuk tidak ikutan strategi dunia yang seperti ini dan membiarkan Tuhan yang menentukan siapa pemenang perlombaannya!