Setiap barang mempunyai nilai fungsi dan nilai estetikanya. Contoh arloji harga 100 ribu dengan arloji 100 juta. Secara fungsi keduanya sama, untuk menunjukkan waktu. Perbedaannya terletak pada fungsi estetikanya.
Ternyata sama halnya dengan membeli mobil. Secara fungsi mobil berguna untuk menghantar kita dari satu tempat ke tempat lain dengan empat rodanya yang diputar oleh mesin.
Tapi ada mobil yang harganya 70 juta, ada yang 7 miliar. Sekali lagi karena fungsi perhiasan tadi.
Nilai “tambahan” ini sebenarnya merubah transaksi pembelian barang biasa menjadi lebih mirip seperti pembelian PERHIASAN.
Nah urusan membeli perhiasan sudah topik yang berbeda sekali, karena mulai melibatkan yang namanya “gengsi”, “kelas”, “status”, “pamor”, “cantik”, “keren” dll.
Sebagai orang Kristen yang hidup di dalam Tuhan, sampai seberapa jauh sebenarnya kita bisa masuk dalam aktifitas “menghiasi” diri sendiri ini ketika berbelanja ?
Apakah kita mencari fungsinya tapi sekaligus juga ingin efek “perhiasannya”? Supaya terlihat bagus di depan orang…
Ini masalah pribadi. Masalah pilihan yang setiap dilakukan ketika orang Kristen belanja – mohon catat – dengan uang yang Tuhan berikan!
Kita perlu waspada selalu terhadap godaan “perhiasan” duniawi yang dunia tawarkan dalam barang-barang sehari-hari kita.
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” – Amsal 4:23.