Saya beli mobil remote control untuk pertama kalinya untuk anak saya yang berusia 6 tahun natal tahun kemarin, karena saya berpikir dia sudah cukup umur dan layak menerimanya.
Tapi kemudian saya berkali-kali memberikan peringatan keras kepadanya: “Awas ya kalau kamu sampai bikin rusak. Papa nggak mau belikan lagi mainan seperti ini.”
Saya kemudian sadar kalau saya mengulangi kalimat ini beberapa kali. Sepertinya karena saya merasa ragu kalau anak saya sudah cukup mengerti atau tidak tentang merawat barang. Kedua, karena mainan tersebut harganya tidak murah juga, jadi saya merasa waswas kalau sampai rusak dan uang terbuang.
Saya menyadari kalau yang namanya menerima hadiah sebetulnya ada juga sisi baik dan buruknya. Baik dari bapa duniawi seperti saya ke anak, atau dari Bapa Surgawi.
Sisi baik menerima hadiah adalah perasaan senang dan semangat karena merasa menerima reward dan kita bisa menikmati imbalan dari kerja keras kita.
Tapi sisi sebaliknya, menerima hadiah juga diikuti dengan tanggung jawab untuk merawat dan mengelolanya dengan baik dan benar.
Tuhan kita selalu seperti ini, Dia ingin kita bahagia menerima imbalan dan menikmati hadiah, tapi Dia juga menuntut tanggung jawab kita untuk merawat dan menjalankan dengan benar.
Orangtua yang buruk akan memberikan hadiah tanpa menuntut tanggung jawab. Orangtua seperti ini akan menuai badai dari anak-anaknya kelak.
Anak yang buruk akan selalu mau menerima tapi kemudian tidak serius merawat dan menjalaninya. Anak seperti ini juga akan menuai hukuman kelak.
Apakah kita telah merawat dan mengelola berkat yang diberikan Tuhan dengan baik?
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Lukas 16:10.