Saya menerima Yesus Kristus kira-kira 15 tahun lalu, dan sejak hari itu sampai sekarang saya hidup dengan yang namanya RENUNGAN HARIAN atau DAILY DEVOTIONAL dalam bahasa Inggris.
Berbagai macam “merek” renungan harian Kristen sudah saya coba. Gonta-ganti, tukar ini dengan itu. Sempat juga merasa tidak cocok dan berhenti membaca renungan harian, tapi kemudian kembali lagi.
Hubungan saya dengan renungan harian Kristen mirip status Facebook: “It’s Complicated” atau “Love and Hate”.
Tapi tanya saya: apakah saya temukan renungan harian benar-benar bermanfaat hari ini ?
Apakah manfaatnya sepadan dengan segala usaha dan energi yang dicurahkan ?
picture courtesy of unsplash
YES jawabnya, tapi konsepnya tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kesalahan persepsi disini.
Konsep yang paling seimbang dan tepat dari pengalaman saya: Renungan harian bermanfaat besar dalam konteks membantu “memaksa” saya untuk mencari Tuhan dan “mengingatkan” banyak hal mengenai rencana Tuhan dalam hidup saya.
Mispersepsi yang banyak terjadi adalah: ketika kita mengharapkan renungan harian jadi “Multi Vitamin Tuhan” yang tinggal minum 1x sehari dan menjamin kesehatan rohani. Ini dijamin menemui kekecewaan di ujung jalan.
Secara singkat: Renungan harian tidak bisa dijadikan tumpuan pertumbuhan rohani. Renungan harian bukanlah pengganti Tuhan.
Renungan harian adalah sebuah pilar tambahan, bukan pilar utama dari sebuah “bait Tuhan” pribadi. Renungan harian mana pun tidak akan pernah bisa jadi pilar utama yang cukup kuat untuk menopang seluruh kehidupan rohani kita. Semoga ilustrasi ini memberikan perspektif pengertian. Ada 3 alasan untuk hal ini :
1. PENULIS RENUNGAN HARIAN MASIH MANUSIA
Renungan ditulis oleh manusia, entah para hamba Tuhan, aktivis yang aktif melayani Tuhan atau mereka yang secara aktif menjalani hidup dengan mengandalkan Tuhan.
Yang sudah lama mencoba membangun kehidupan rohani yang sungguh-sungguh akan setuju bahwa tidak ada satu pun orang Kristen yang malaikat. Tidak hamba Tuhan, aktivis, misionaris atau pelayan manapun yang suci seperti malaikat. Semua masih 100% manusia yang hidup dengan godaan dan kelemahan setiap hari.
Dulu saya berpikir ada hamba-hamba Tuhan khusus yang bisa berbicara ke dalam hidup saya. Tapi perjalanan yang itu gagal total, karena kemudian saya sadar yang saya butuhkan sebenarnya bukan “Kumpulan Wejangan Sakti Hamba Tuhan”, melainkan “Kumpulan Cerita Manusia Biasa Bersama Tuhan Yang Luar Biasa”.
“Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia”, firman sederhana tentang kenapa renungan buatan manusia tidak bisa menjadi pilar utama kehidupan rohani (Yeremia 17:5).
2. PERUBAHAN JAMAN YANG CEPAT
Semua organisasi manusia apapun bidangnya – rohani dan non-rohani – selalu kesulitan menghadapi PERUBAHAN YANG CEPAT.
Jaman berubah begitu cepat, sampai perusahaan-perusahaan raksasa dunia pun kelimpungan untuk adaptasi dan banyak yang bangkrut.
Apakah sebuah organisasi Kristen atau gereja otomatis bisa adaptasi lebih cepat dengan perubahan jaman? Kita sama-sama tahu jawabannya tidak mudah.
Begitu juga yang namanya “produk” renungan harian akan senantiasa bergumul untuk terus mengupdate dirinya dengan perubahan jaman. Penulis-penulisnya akan bergumul untuk mengupdate diri mereka dan dalam menangkap pesan-pesan Tuhan untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan jemaat Kristen modern.
3. TUHAN TIDAK BISA DIRANGKUM DALAM 3-5 PARAGRAF
Tuhan sudah hidup jauh lebih lama dari orang paling tua di dunia hari ini. Tuhan sudah melihat jauh lebih banyak hal dari kita, Dia mengerti benar yang namanya “tabiat manusia”.
Bagaimana sebuah renungan singkat 100-500 kata, 3-5 paragraf bisa merangkum pikiran Tuhan yang sudah hidup begitu lama berabad-abad ? Pekerjaan mencari Tuhan yang sungguh-sungguh adalah pekerjaan 24 jam dan dilakukan 7 hari seminggu tanpa libur.
KONSEP RENUNGAN HARIAN SAYA HARI INI
Oleh karena itu, saya secara pribadi hari ini melihat renungan sebagai jendela untuk melihat Tuhan dalam kehidupan orang lain.
Renungan mengijinkan saya “mengintip” ke dalam kehidupan seseorang lain yang saya tidak kenal dan melihat bagaimana Tuhan melakukan sesuatu di hidupnya, untuk kemudian saya ambil maknanya dan refleksikan ke dalam hidup saya sendiri.
Intinya menjadi cerita kehidupan orang lain yang utama saya cari, bukan lagi “cerita-cerita bijak”.
Cerita-cerita bijak saya cari di Alkitab. Sumber terbaik.
Sudut pandang ini terasa lebih seimbang, tidak bikin “ketergantungan” yang berlebihan kepada renungan harian (yang menghasilkan rasa bersalah atau ‘feeling guilty’ kalau tidak membaca) dan mengembalikan fokus pada Alkitab.
Jadi, setelah “tahun-tahun pencarian” itu, hari ini saya mempunyai beberapa kebiasaan renungan harian ini :
- Saya mengikuti beberapa newsletter renungan(sekitar 4-5 newsletter) dalam dan luar negeri yang saya tangkap sering menjadi “channel” Tuhan berbicara ke dalam hidup saya.
- Renungan tidak berarti harus “harian”. Beberapa newsletter yang saya ikuti tidak semuanya menulis setiap hari. Ada yang harian, mingguan bahkan hanya beberapa bulan sekali. Mengkombinasikan semuanya itu memastikan saya tidak pernah kekurangan kuantitas dan kualitas setiap saat.
- Saya mencari penulis-penulis yang punya kesamaan latar belakang dengan saya.
- Saya TIDAK berusaha untuk membaca semuanya setiap hari. Saya tidak lagi menganggap sebagai “dosa” atau merasa bersalah kalau sampai terlewat tidak membaca semua renungan tersebut (karena saya tidak lagi melihat renungan harian sebagai pilar utama).
- Saya “renungan” sepanjang hari. Karena memiliki beberapa sumber newsletter, saya membaca renungan setiap kali ada kesempatan sepanjang hari. Pagi, siang, malam dan kadang sebelum tidur malam.